8 bulan yang lalu, kau meninggalkanku dalam keheningan yang begitu dalam. Disaat aku benar-benar berharap bisa menempuh hidup bersamamu, kau malah pergi meninggalkanku. Bukan, bukan pergi meninggalkan untuk memutuskan tali kasih ini. Yah, kamu pergi untuk menjalankan kewajibanmu demi membela kebenaran. Kamu begitu mencintai Tanah Air ini. Tapi aku pun juga tak merasa iri karena rasa cintamu terbagi dengan banyak hal. Aku tetap mencintaimu Kapten. Berharap kamu tidak hanya menjadi pemimpin bagi prajurit-prajuritmu. Tapi aku juga berharap kamu akan menjadi pemimpin dalam jalinan kasih rumah tangga kita kelak. Oh, Kapten Bhirawa yang sungguh menawan.
Semenjak kepergianmu ini, aku selalu mengkhawatirkanmu. Aku selalu berdoa yang terbaik untukmu. Aku mengingat disaat kita pertama bertemu. Di kampung halamanku ini kamu menorehkan kisah yang sangat indah. Yah, Surabaya punya cerita tentang kita. Aku tak mungkin melupakan semua kejadian berharga saat itu sedikit pun. Meskipun kita berada di tempat yang berbeda saat ini, tapi kita masih tetap memandang bulan yang sama. Ah kulihat wajah dirimu di bulan itu. Aku rindu dirimu Kapten.
Di kala ku terbangun di pagi hari. Aku lekas bangun dari tempat tidurku dan kemudian berlari ke luar rumah dan duduk di teras rumah demi menunggu seseorang. Kali ini aku bukan menunggu Kaptenku kembali. Aku menunggu bapak-bapak yang setiap harinya mengelilingi kampungku dengan sepeda kayuhnya yang tua itu. Itu adalah Pak Pos yang selalu berbesar hati untuk mengirimkan berlembar-lembar amplop. Entah itu kabar sedih atau bahkan sebaliknya Pak Pos itu juga tidak tahu. Setiap pagi aku selalu menanyakan kepada bapak paruh baya tersebut, "Adakah surat untukku ?". Bapak itu tersenyum. Senyum yang manis dan kemudian berkata, "Ini surat buat Neng cantik". Ah, bapak itu membuat hatiku berlari-lari ditaman bunga. "Terimakasih Bapak" kuucapkan juga dengan senyum yang ikhlas untuk Bapak itu.
Ku berlari menuju kamar. Tak sabar ku membuka isi dari amplop tersebut. Amplop berwarna merah hati dengat tulisan "Untuk bidadari yang setia menungguku". Ah, aku semakin rindu. Meskipun ini bukan Surat Cinta yang dikirimkan oleh Kapten, tapi aku tetap selalu menunggunya. Yah, meskipun aku berharap tak hanya suratnya yang datang menghampiriku. Tapi aku sudah cukup senang bisa membaca tulisan ini Kapten. Cepatlah pulang dan mintalah aku pada orang tuaku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Nah gitu okey ndok,
BalasHapusGaya rek nulis fiksi arek'e
haduh , ojok diguyui mas
Hapusisin sek amatiran iki wkwk
Tak kirain neng cantik nunggu di teras mau belanja mlijo ehh nunggu surat ya.
HapusBuat Bhirawa yang bertugas jauh semoga kian bersemangat menjalankan tugasnya.
Amien.
Salam untuk Bhirawamu
wahahha , fiksi mas fiksi wkwk
Hapushehe iyaa pakde
BalasHapusinsyaallah :)
aduuuuh.. lama tuh nunggu Kapten Bhirawa.. Neng cantik gak bosan nunggu kan? :D
BalasHapusSukses ya buat GAnya :)
wahaha , engga kok gak bosen
Hapustapi kalo nunggu kamu itu yg bosen, abis kamu lbih mmilih kakandamu sih -_-
Surat cintanya udah datang lagi hari ini mbak? Sukses kontesnya ya
BalasHapushihi , Pak Posnya lagi liburan nih
Hapusiyaa , makasih yaa :)
surat cinta oh surat cinta :)
BalasHapussemoga beruntung dalam kontes!
waaaah , makasih mbak maya
Hapusamin :)
putri.... putriii.... kayaknya udah gak sabar banget ama kapteb bhirawa sampe "mintalah aku kepada orang tuaku". cie cie... ini kontes yg menarik
BalasHapushahaha , iyaa nih. uda ngebet. tapi bukan yg nulis loh yaa. hihi
Hapus